Burni Telong, Puncak Terindah di Bener Meriah

            Mendengar nama Burni Telong, para pencinta alam dan juga wisatawan yang gemar mendaki gunung di Aceh pasti sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Gunung yang terletak di Kabupaten Bener Meriah ini meruapakan salah satu gunung yang memiliki view puncak yang paling indah di Aceh dan juga tumbuhnya bunga edelweis di gunung ini semakin menambah daya tarik wisatawan untuk mendaki gunung Burni Telong.

            Gunung yang memiliki ketinggian 2600 mdpl ini merupakan gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini, dari namanya sendiri Burni Telong dalam Bahasa Indonesia berarti gunung yang terbakar, tak heran mengapa gunung ini dinamakan Burni Telong.

            Untuk mendaki gunung Burni Telong, dari Bener Meriah kita bisa langsung menuju ke Desa Rembune di Bandar Lampahan. Di Desa Rembune telah berdiri pos pendakian bagi para pendaki yang ingin mendaki gunung Burni Telong cukup membayar biaya retribusi sebesar Rp. 5000 per orang dan juga uang parkir kendaraan sebesar Rp.5000 bagi pendaki yang membawa kendaraan. Di pos pendakian ini juga kita dapat menyewa guide bagi para pendaki yang baru pertama kali mendaki Burni Telong, dan karena Aceh merupakan provinsi dengan syariat Islam, bagi rombongan pendaki yang bersama wanita wajib untuk memakai guide.

            Setelah semua urusan telah selesai di pos pendakian langsung saja kita mulai perjalanan mendaki Gunung Burni Telong. Di awal perjalanan kita akan berjalan melewati perkebunan warga yang didominasi oleh kebun kopi, sebelum akhirnya trek yang semula masih dihiasi paving block berganti menjadi tanah dan sampailah kita di pintu rimba. Mulai dari pos pintu rimba ini kita akan terus berjalan menyusuri hutan, trek di awal pendakian tidak terlalu curam kita masih bisa berjalan santai sambil menikmati suasana pendakian.

            Di tengah perjalanan kita akan menjumpai mata air, disinilah tempat biasanya para pendaki mengisi cadangan air mereka selama mendaki gunung Burni Telong hingga nanti turun kembali karena tempat ini merupakan satu-satunya sumber air yang ada di jalur pendakian ini. Setelah selesai beristirahat dan mengisi cadangan air kita akan melanjutkan pendakian dengan trek yang semakin curam, dengan tenaga yang sudah terkuras dan juga tambahan beban dari air yang baru saja di isi membuat pendakian menjadi lebih menantang tentunya.

            Setelah cukup lama berjalan, kita akan menjumpai sebuah rangkaian tanjakan yang sangat curam, yang harus kita lalui dengan teknik scrambling, tetapi tidak usah khawatir karena tali tambang sudah terpasang sebagai alat bantu untuk para pendaki melewati tanjakan ini, dan tanjakan ini juga menandakan kita akan sampai di pos 3 tempat dimana para pendaki biasa mendirikan camp.

            Saat rombongan kami sampai di pos 3 matahari sudah mulai terbenam dan hari menjadi semakin gelap, langsung saja kami mencari tempat yang pas untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Malam semakin larut, dengan ditemani api unggun yang membantu melawan udara dingin, tim pendakian kami menikmati makan malam sambil membahas rencana perjalanan untuk summit attack ke puncak Burni Telong, dan kami sepakat untuk berangkat pukul 3 dini hari dengan harapan kami dapat menikmati sunrise di puncak. 

    Sesuai hasil kesepakatan semalam, pukul 3 kami semua sudah terbangun dari istirahat singkat dan bersiap-siap melakukan summit attack. Berbekal senter dan headlamp kami memulai perjalanan menuju puncak Burni Telong. Trek menuju puncak di dominasi oleh pasir dan bebatuan, berjalan di dalam gelap kita harus memperhatikan langkah kaki kita agar tidak membahayakan kawan-kawan lain yang ada di bawah karena batu-batuan akan mudah jatuh ketika terinjak.

            Kurang lebih pada pukul 05.00 WIB saya telah sampai di puncak, waktu terbitnya matahari masih cukup lama, sambil menggu saya coba berbincang-bincang dengan pendaki lainnya yang juga sudah berada di puncak. Ketika sedang asyik berbincang tak terasa langit sudah mulai menerang, cahaya jingga mulai muncul dari balik cakrawala, langsung saja para pendaki mencoba mengabadikan momen indah itu dalam kamera-kamera mereka. Memang tak salah puncak Burni Telong mendapat julukan salah satu puncak gunung terindah di Aceh, di tambah dengan hiasan cahaya kuning dari terbitnya matahari semakin menambah keindahan suasana di puncak gunung tersebut.


    Matahari semakin meninggi, langit semakin terang, udara yang semula dingin hingga menusuk tulang mulai menghangat, langsung saja kami mengeluarkan peralatan memasak yang kami bawa untuk menyeduh secangkir kopi dan tentu saja memasak sarapan pagi. Setelah perut terisi kami masih mau menikmati suasana di puncak Burni Telong, dan tak lupa untuk mengambil foto untuk dipamerkan di social media tentunya.


Posting Komentar

0 Komentar